JUBAH UNTUK IBU DI SURGA
Eko Januarsyah Putra
NAMA PEMAIN DAN KARAKTER PEMAIN
1. ZAHRA ; PENDIAM, PENYAYANG, SUKA BEKERJA KERAS, DAN CENGENG
2. SANDRA ; USIL, SOMBONG, PEDENDAM, DAN CEREWET
3. KETIGA TEMAN SANDRA—DARA, GITA DAN MARWA ; SAMA SEPERTI SANDRA
4. DADANG ; LELAKI BAIK, PERHATIAN DAN PENYAYANG
5. PAK USTADZ : BAIK, LEMBUT DALAM BERKATA, PEMBERI SEMANGAT
6. IBU ZAHRA : BAIK, PENYAYANG, PENYABAR
SINOPSIS FILM PENDEK
Seorang gadis baik hati berumur 13 tahun bernama Zahra. Gadis yang cantik, dengan jilbab yang selalu membaluti wajahnya. Namun, karena keterbatasannya yang terlahir
hanya sebagai gadis miskin membuatnya, terlihat kumal dengan baju mengaji yang tak
pernah diganti-ganti. Jangankan untuk membeli baju baru atau seragam mengaji seperti
anak-anak yang lainnya, untuk makan saja dia harus mencari genjer di sawah sebagai sayur makannya.
Setiap harinya Zahra tak lupa pergi mengaji ke surau dengan Ustadz, meski hanya
mengenakan baju itu-itu saja, berhari-hari ia menyebrangi sawah di petang hari dan segala
cacian menghampiri tak sedikitpun menyurutkan niatnya. Yah, niat yang tulus menghapal
seayat demi seayat surat Al-Qur’an dan menyetorkannya kepada Ustad. Ia yakin,
kalau dia bisa memberikan jubah terbaik untuk ibunya di surga kelak seperti yang sering kali di jelaskan Ustadz.
SCENE : 1
EXT. SIANG HARI DI TENGAH SAWAH
PEMAIN: ZAHRA DAN IBUNYA
ZAhra :" Namaku zahra. Aku anak yatim. Ayahku meninggal ketika umurku genap 4 tahun.
Aku di lahirkan dan di besarkan oleh seorang wanita yang sangat tangguh. Yah, Ibuku... Ibu
yang selalu berusaha demi sesuap nasi. Kehidupanku miskin. Kami tinggal di rumah sewahanNamun, ibu tak pernah mengeluh. Dan, aku yakin aku bisa membahagiakan ibuku"( berjalan
di pematang sawah membawa ember dan mencari keong)
Zahra : ”Waddhuhaa. walaili iza sajaa..”(tangan kanan memegang ember dan tangan kiri
memukuli keong)
Ibu Zahra : ”bace ape nga ni, pek?”(sambil memetik genjer-genjer)
Zahra : ”Ku dang ngapal surat Ad-dhuha. Mak nilek malam ku nak melapor gi ngan pak
Ustadz. Ku nak gacang-gacang ngapal e, ken ku bise milu lomba, nilek”
Ibu Zahra : “Dem, gacanglah ahai kak la petang” (Ibu Maryam mendekati Zahra)
Zahra : ”Ao Mak”(melanjutkan pekerjaannya)
SCENE 2
EXT. SORE HARI JAM 05:30 WIB DI JALAN PEMATANG SAWAH
PEMAIN : ZAHRA
Sambil berjalan santai dengan pakaian kurung, kepalanya terlilit jilbab dan memeluk
mushaf Al-Qur’an.
Zahra : ”Waddhuha. wallaili iza saja. ma wadda akarobbuka wama qola. Walal aakhirotu khoirullaka minnal uulaa. (Ia tergelincir disawah. Sepanjang jalan Zahra membersikan bajunya).
SCENE 3
EXT. SORE HARI. DI JALAN SETAPAK DEKAT SURAU
PEMAIN : ZAHRA, SANDRA, GITA, DARA, MARWA DAN DADANG
Zahra : Dengan tubuh kecil dan dekilku ini tak banyak yang suka padaku, ditambah lagi aku selalu didambakan Ustadz. Dengan semangatku menyetor hapalan, hal itu tak menjadi
motivasi pada teman-temanku. Mereka malah merasa aku merebut kasih sayang Ustadz
hingga selalu saja cacian serta sumpah serapah menjadi senjata mereka untuk menyakitiku. Namun, aku selalu berusaha memaafkan tingkah laku mereka dan Dadang dia seperti kakak kandungku. Selalu saja dia yang membelaku dan menjadi penolongku.
Zahra berjalan santai dan tersenyum-senyum sambil mengibas-ngibas bajunya yang basah.
Seperti biasanya Sandra dan sahabatnya mulai mendekati.
SCENE 4
INT. DALAM MASJID SEDANG MENGAJI
PEMAIN : PAK USTADZ, ZAHRA DAN SANTRI WATI
Zahra dan teman-temannya sedang belajar mengaji.
SCENE 5
INT. DALAM MASJID SESUDAH SHOLAT ISYA’ DAN HUJAN DERAS
PEMAIN PAK USTADZ DAN ZAHRA
Semua santri wati telah pulang kerumahnya ketika hujan belum sempat deras. Kini di Masjid hanya ada pak ustadz dan Zahra. Pak ustadz sedang mengaji dan Zahra kembali mengulangi bacaannya.
Zahra : ”Pak ustadz”( menyentuh pundak pak ustadz)
Pak ustadz : ”Iyo Zahra, ngapo?”( sambil membalikkan badannya)
Zahra : ”Aku nak, nyetor hafalan lagi”( menyodorkan mushafnya)
Pak ustadz ; ”Ohg, yo sudah silakan”( mengangguk-angguk dan menerima mushaf)
Zahra : ”Bissmillahirahmanirahim. Waddhuhaa. wallaili iza sajaa. ma wadda akarobbuka wama qolaa. Walal aakhirotu khoirullaka minnal uulaa. Walasaupa yugthiika robbuka fatardoo. Alam yajid ka yatiimann fa’aawaa. Wawajadaka dhoollann fahaddaa. Wawa jadaka aailann faagnaa. Fa ammalyatiima falaa taqhar. Wa ammassaa ila falaa tanhar. Wa ammaa binigmati robbikaa fagaddiss”
Pak Ustads : ”Alhamdulillah (mengusap wajah) kau nih, semangat nian menghafal
Al-Qur’annyo, sampai yang lain dem balek! kau masih nunggu”
Zahra : ”Iyo Tadz, takut kagek dak sempat (tersenyum) Zahra pulang dulu Tadz.
Assalamualaikum”. (Menjulurkan tangan untuk salaman)
Pak ustadz : ”Wa’alaikumsalam”(menjulurkan tangan dan menjabat tangan Zahra)
Zahra berjalan meninggalkan Ustadz lalu terjatuh, Ustadzpun kaget dan berjalan mendekati Zahra.
Pak Ustadz : ”Zahra....Zahra...Zahra”( Sambil memeriksa keadaan Zahra).
Pak Ustadz dapat memastikan Zahra telah berpulang ke Rahmatullah.
Pak Ustadz : ”Inalillahi wa innailaihi rajiun” (Mengusap wajah Zahra dan mengangkat
tubuhnya).
Setiap potongan ayat yang Zahra hapalkan ia persembahkan sebagai Jubah untuk ibunya di
surga.
“Siapa yang membaca Al- Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al- Qur’an”.(HR. AL HAKIM)
Eko Januarsyah Putra
NAMA PEMAIN DAN KARAKTER PEMAIN
1. ZAHRA ; PENDIAM, PENYAYANG, SUKA BEKERJA KERAS, DAN CENGENG
2. SANDRA ; USIL, SOMBONG, PEDENDAM, DAN CEREWET
3. KETIGA TEMAN SANDRA—DARA, GITA DAN MARWA ; SAMA SEPERTI SANDRA
4. DADANG ; LELAKI BAIK, PERHATIAN DAN PENYAYANG
5. PAK USTADZ : BAIK, LEMBUT DALAM BERKATA, PEMBERI SEMANGAT
6. IBU ZAHRA : BAIK, PENYAYANG, PENYABAR
SINOPSIS FILM PENDEK
Seorang gadis baik hati berumur 13 tahun bernama Zahra. Gadis yang cantik, dengan jilbab yang selalu membaluti wajahnya. Namun, karena keterbatasannya yang terlahir
hanya sebagai gadis miskin membuatnya, terlihat kumal dengan baju mengaji yang tak
pernah diganti-ganti. Jangankan untuk membeli baju baru atau seragam mengaji seperti
anak-anak yang lainnya, untuk makan saja dia harus mencari genjer di sawah sebagai sayur makannya.
Setiap harinya Zahra tak lupa pergi mengaji ke surau dengan Ustadz, meski hanya
mengenakan baju itu-itu saja, berhari-hari ia menyebrangi sawah di petang hari dan segala
cacian menghampiri tak sedikitpun menyurutkan niatnya. Yah, niat yang tulus menghapal
seayat demi seayat surat Al-Qur’an dan menyetorkannya kepada Ustad. Ia yakin,
kalau dia bisa memberikan jubah terbaik untuk ibunya di surga kelak seperti yang sering kali di jelaskan Ustadz.
SCENE : 1
EXT. SIANG HARI DI TENGAH SAWAH
PEMAIN: ZAHRA DAN IBUNYA
ZAhra :" Namaku zahra. Aku anak yatim. Ayahku meninggal ketika umurku genap 4 tahun.
Aku di lahirkan dan di besarkan oleh seorang wanita yang sangat tangguh. Yah, Ibuku... Ibu
yang selalu berusaha demi sesuap nasi. Kehidupanku miskin. Kami tinggal di rumah sewahanNamun, ibu tak pernah mengeluh. Dan, aku yakin aku bisa membahagiakan ibuku"( berjalan
di pematang sawah membawa ember dan mencari keong)
Zahra : ”Waddhuhaa. walaili iza sajaa..”(tangan kanan memegang ember dan tangan kiri
memukuli keong)
Ibu Zahra : ”bace ape nga ni, pek?”(sambil memetik genjer-genjer)
Zahra : ”Ku dang ngapal surat Ad-dhuha. Mak nilek malam ku nak melapor gi ngan pak
Ustadz. Ku nak gacang-gacang ngapal e, ken ku bise milu lomba, nilek”
Ibu Zahra : “Dem, gacanglah ahai kak la petang” (Ibu Maryam mendekati Zahra)
Zahra : ”Ao Mak”(melanjutkan pekerjaannya)
SCENE 2
EXT. SORE HARI JAM 05:30 WIB DI JALAN PEMATANG SAWAH
PEMAIN : ZAHRA
Sambil berjalan santai dengan pakaian kurung, kepalanya terlilit jilbab dan memeluk
mushaf Al-Qur’an.
Zahra : ”Waddhuha. wallaili iza saja. ma wadda akarobbuka wama qola. Walal aakhirotu khoirullaka minnal uulaa. (Ia tergelincir disawah. Sepanjang jalan Zahra membersikan bajunya).
SCENE 3
EXT. SORE HARI. DI JALAN SETAPAK DEKAT SURAU
PEMAIN : ZAHRA, SANDRA, GITA, DARA, MARWA DAN DADANG
Zahra : Dengan tubuh kecil dan dekilku ini tak banyak yang suka padaku, ditambah lagi aku selalu didambakan Ustadz. Dengan semangatku menyetor hapalan, hal itu tak menjadi
motivasi pada teman-temanku. Mereka malah merasa aku merebut kasih sayang Ustadz
hingga selalu saja cacian serta sumpah serapah menjadi senjata mereka untuk menyakitiku. Namun, aku selalu berusaha memaafkan tingkah laku mereka dan Dadang dia seperti kakak kandungku. Selalu saja dia yang membelaku dan menjadi penolongku.
Zahra berjalan santai dan tersenyum-senyum sambil mengibas-ngibas bajunya yang basah.
Seperti biasanya Sandra dan sahabatnya mulai mendekati.
SCENE 4
INT. DALAM MASJID SEDANG MENGAJI
PEMAIN : PAK USTADZ, ZAHRA DAN SANTRI WATI
Zahra dan teman-temannya sedang belajar mengaji.
SCENE 5
INT. DALAM MASJID SESUDAH SHOLAT ISYA’ DAN HUJAN DERAS
PEMAIN PAK USTADZ DAN ZAHRA
Semua santri wati telah pulang kerumahnya ketika hujan belum sempat deras. Kini di Masjid hanya ada pak ustadz dan Zahra. Pak ustadz sedang mengaji dan Zahra kembali mengulangi bacaannya.
Zahra : ”Pak ustadz”( menyentuh pundak pak ustadz)
Pak ustadz : ”Iyo Zahra, ngapo?”( sambil membalikkan badannya)
Zahra : ”Aku nak, nyetor hafalan lagi”( menyodorkan mushafnya)
Pak ustadz ; ”Ohg, yo sudah silakan”( mengangguk-angguk dan menerima mushaf)
Zahra : ”Bissmillahirahmanirahim. Waddhuhaa. wallaili iza sajaa. ma wadda akarobbuka wama qolaa. Walal aakhirotu khoirullaka minnal uulaa. Walasaupa yugthiika robbuka fatardoo. Alam yajid ka yatiimann fa’aawaa. Wawajadaka dhoollann fahaddaa. Wawa jadaka aailann faagnaa. Fa ammalyatiima falaa taqhar. Wa ammassaa ila falaa tanhar. Wa ammaa binigmati robbikaa fagaddiss”
Pak Ustads : ”Alhamdulillah (mengusap wajah) kau nih, semangat nian menghafal
Al-Qur’annyo, sampai yang lain dem balek! kau masih nunggu”
Zahra : ”Iyo Tadz, takut kagek dak sempat (tersenyum) Zahra pulang dulu Tadz.
Assalamualaikum”. (Menjulurkan tangan untuk salaman)
Pak ustadz : ”Wa’alaikumsalam”(menjulurkan tangan dan menjabat tangan Zahra)
Zahra berjalan meninggalkan Ustadz lalu terjatuh, Ustadzpun kaget dan berjalan mendekati Zahra.
Pak Ustadz : ”Zahra....Zahra...Zahra”( Sambil memeriksa keadaan Zahra).
Pak Ustadz dapat memastikan Zahra telah berpulang ke Rahmatullah.
Pak Ustadz : ”Inalillahi wa innailaihi rajiun” (Mengusap wajah Zahra dan mengangkat
tubuhnya).
Setiap potongan ayat yang Zahra hapalkan ia persembahkan sebagai Jubah untuk ibunya di
surga.
“Siapa yang membaca Al- Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al- Qur’an”.(HR. AL HAKIM)
No comments:
Post a Comment